CERPEN KE 9 BUKU KUMPULAN CERPEN KE3
(09)
PENGEMBARAAN
GAM
DI
TELUK SILVER.
Sunyoto
Sutyono
Pengembaraan
Gam si Singa berkepala manusia itu sampai di tepi laut yang aneh, Suasananya
suram tenaram seperti waktu menjelang maghrib di alam manusia biasa. Di sini tidak ada matahari jadi tidak begitu jelas
melihat postur tubuh dan detail muka suatu makhluk. Air laut di teluk itu
warnanya silver.
Sebenarnya Gam hanya mengikuti langkah kaki, tanpa tujuan
pasti tahu-tahu dia sampai di tempat peperangan itu. Agar bisa leluasa melihat jalannya
pertempuran antar makhluk bertubuh katak sebesar manusia. Satu
fihak berkostum Merah berhadapan dengan fihak lain berkostum Silver, Gam
berlindung di balik karang. “Siapakah mereka yang sedang bertempur itu?” Gam
penasaran. Dia tidak berbuat apapun kecuali hanya menyaksikan yang lagi
berperang.
Seekor
katak hitam berbaju merah, tinggi kekar setinggi manusia dewasa, tiba-tiba
menyeru “Krog….krogh, bija bangkeih samoakh”
Mendengar
aba-aba itu, ratusan katak hitam berseragam merah, tubuhnya rata-rata tegap
seperti prajurit terlatih, berlari sambil mengacungkan senjata pedang, toya,
pentungan, perisai, tombak.
Mereka
menempuh pasukan katak yang berseragam silver juga membawa peralatan yang sama.
Seekor katak tinggi setinggi manusia juga bertubuh kekar “Geeer…Jang ta bi lum
sahab” perintahnya dalam bahasa mereka.
Di
lapangan bibir pantai mereka saling bantai, saling banting, saling gigit,
saling pukul, saling tendang, saling cakar. saling tebas, saling hindar, saling
serang. Gemuruh suara mereka yang sedang bertempur “gggerr, haackh, trang,
ting, blugh, jleb.” Demi mempertahankan harga diri dan kedaulatan bumi wilayah
mereka, masing-masing sambil meneriakkan yel-yel dan menyanyikan lagu perang.
Gam ingin tahu, siapa, apa yang mereka katakan, mengapa
berperang. Kemudian mulutnya komat-kamit membaca mantra ilmu penerjamah bahasa
segala makhluk. “Oooh, pimpinan pasukan katak hitam berbaju merah itu
mengatakan : Bikin jadi mati semuanya tanpa sisa. Pimpinan pasukan katak silver
memerintahkan pasukannya : Jangan takut
bikin lumat sampai habis.
Seru perang mereka saling bunuh, saling tendang, saling
pukul, menimbulkan suara tang, ting, prank, blugh, senjata mereka saling beradu
serta tubuh berjatuhan Setiap mereka dapat merobohkan lawan mereka selalu
meneriakkan nama pemimpin masing-masing.
Dari pasukan katak hitam mereka meneriakkan, ”Ja ra
Bangkak.” Dibalas dari pasukan silver meneriakkan “Hid Pang Leum”
Gam yang asing di bumi itu, kini mengerti apa yang mereka katakan. “Pasukan
katak hitam merah yang berhasil mengalahkan musuhnya lalu meneriakkan “ Jayalah
Rajaku Bangkak”. Sedang dari pasukan katak silver meneriakkan ” Hidup Pangeran
Lembu.”
Sudah lama entah berapa jam waktu dunia mereka bertempur.
Para prajurit dari dua belah fihak sudah mulai kelelahan. Banyak diantara
mereka yang mati dan luka parah. Darah ungu membasahi arena pertempuran,
bercampur potongan kaki, kepala, tangan berserakan. Hanya sebagian kecil saja
yang masih mampu meneruskan pertempuran. Sebagian lain sudah beristirahat
mencari tempat aman, Tinggal beberapa pasangan yang masih berperang termasuk
para pemimpin mereka.
Pangeran Katak Lembu, saling banting dan saling tendang
adu ilmu kasat mata, mirip bela diri yudo Jepang dan silat kung fu china di
alam dunia manusia. Mereka berdua sama digdaya, sama-sama kuat.
Sudah banyak mereka mengeluarkan jurus-jurus mematikan,
namun belum ada tanda-tanda, menang dan kalah. Tiba-tiba Raja Bangkak Hitam
Merah melompat sedikit menjauh lalu duduk bersila. Aneh tubuhnya berubah
menjadi besar sebesar kerbau.
Dia berdiri di atas dua kakinya yang kokoh dengan
kuda-kuda siap bertempur menerapkan ilmu tenaga dalam. Tidak ketinggalan
Pangeran Katak Lembu melakukan tiwikrama berubah wujud menjadi manusia katak
berkepala sapi dan besarnya sebesar sapi. Dia memasang kuda-kuda, kakinya
sedikit renggang ditekuk dan siap melancarkan serangan.
Raja Bangkak Hitam berteriak keras “Hoooss, matah ka”
dari mulut dan hidungnya mengeluarkan asap merah tertuju kearah musuhnya.
Pangeran Katak Lembu sigap menangkis dengan kedua tangannya diacungkan ke depan
dan mengeluarkan angin dingin yang membungkus asap merah dari Raja Bangkak. Asap
merah berangsur lenyap menghilang.
Melihat serangannya bisa di gagalkan, Raja Bangkak mengirim serangan kedua. Dari mulut
dan sorot matanya melesat tidak kasat mata, pasir kerikil tajam meluncur ke
mata Pangeran Katak Lembu. Sedikit terlambat Pangeran Katak Lembu melindungi
mata, akibatnya pasir itu mengenai pipi dan daun telinganya.
Darah ungu merembas, rasa panas membakar, perih, benda
tajam mengiris pipi dan daun telinga. Pangeran terluka, geram lalu mengumpat “Bebah
Bangkak, in bal ku (bedebah kau Bangkak, ini balasanku).” Katak Bangkak tertawa seperti tertawanya
manusia biasa. Lalu tak memberi
kesempatan dia bermaksud melancarkan ilmu pamungkas. Pangeran Katak Lembu
terkejut dan kesakitan, mendapat serangan berikutnya. Dia berpikir tewaslah dia
atau paling tidak luka parah.
Namun tiba-tiba
tubuhnya terpental oleh kekuatan lain.
Suara nyanyian yang dilambari kekuatan tenaga dalam yang dahsyat. Semua yang di
palagan peperangan itu seperti kehilangan daya kekuatan. Para prajurit biasa,
semua lemas dan bahkan tertidur. Raja Bangkak juga jantungnya seperti
diremas-remas dan lemah tak berdaya, kemudian jatuh terduduk.
“Hei Raja Bangkak Hitam, urungkan niatmu ingin
memperistriku, Aku sudah punya calon suami yang aku cintai. Sebaiknya ajaklah
bala parjuritmu pulang ke negeri mu di teluk hitam laut Selatan. Lihatlah
prajuritmu, dan prajuritku sama-sama banyak yang terbunuh sia-sia, karena
ambisimu” suara Ratu Putri Ayu Precil yang lembut penuh wibawa, namun dilambari
kekuatan tenaga dalam lewat suara.
Sementara Gam dari persembunyian masih setia mengikuti
jalannya pertempuran karena rasa penasarannya belum terpuaskan. Dia
terheran-heran ternyata Putri ayu precil itu fisiknya katak seukuran manusia
dan lebih heran lagi ternyata dia bisa berbahasa manusia sepeti dirinya. Timbul
tanda tanya dalam benaknya, apakah dia jelmaan manusia seperti saya?. Gam ingin
tahu akhir cerita di pertempuran ini. Dia tersentak demi mendengar teriakan
Raja Bangkak.
“Tidak akan! Aku tetap melamarmu. Kami tak munkin kalah
dengan kalian. panglima perangmu pangeran Katak Lembu sudah ku kalahkan. Kalau
kau memang punya keberanian keluarlah jangan ngumpet seperti katak kintel,”
seru Raja Bangkak dengan penuh kesombongan.
“Jangan
lancang bicaramu hei Bangkak. Aku belum
kalah denganmu.” teriak pangeran Katak
Lembu.
“Pangeran katak lembu, tubuhmu sudah semakin membiru,
sebentar lagi kau akan tewas. Karena racun telah menyebar ke seluruh tubuhmu
lewat luka di pipi dan daun telingamu.” ejek
Bangkak.
“Gribiq …gribiq, makindam makinding, kabibaiba deng
ratuem.” kata Bangkak yang artinya “ baik mari kita damai, mari kita
berunding, kami ingin bicara baik-baik dengan ratumu.”
“Gribiq
makinding (baiklah mari kita berunding).” Putri Ayu Precil melayang
terbang dari dalam istana ke hadapan Raja Bangkak. Dia bersedia berunding.
Kejadian yang sekejap, digunakan oleh Gam untuk menolong Pangeran Lembu yang
terluka parah.
Gam
memasukkan obat penawar racun ke mulut Pangeran lembu. Lalu berkelebat mencari
tempat berlindung yang aman. Di luar
dugaan reaksi obat mengakibatkan pangeran berkelojotan lalu pingsan. Gam
sedikit panik, segera dia meneteskan cairan di bibir pangeran, sampai sadar. Di
tempat peperangan yang sudah sepi, Ratu Precil dan Raja Bangkak mereka
berunding.
Raja katak Hitam sebenarnya mencari kesempatan untuk
mengumpulkan tenaga dan berencana mencelakai Putri Ayu Precil. Demi melihat
anak buahnya banyak yang tewas dan terluka maka dia tiba-tiba menyerang dengan
mantra kutukan. Mereka menerapkan ilmu tinggi tidak kasat mata.
“Keparat kau Bangkak, kau licik, tidak sportif.” Putri
Ayu terlambat mengantisipasi serangan, Tubuhnya menggigil kedinginan dan
membeku menjadi patung es. Bangkak merasa menang tertawa lepas hingga hilang
kewaspadaan.
Gam yang menyaksikan kejadian itu, melancarkan serangan
jarak jauh dari tempat persembunyiannya. Raja bangkak tidak mengira akan
mendapat serangan. Dalam kondisi lemah
sehabis mengerahkan tenaga dalam dan terlalu senang. maka serangan itu menembus
jantungnya memuncrat darah ungu kehitaman dari mulut dan hidung Bangkak, dia
jatuh berdebam dan mati.
Dengan seijin Pangeran Katak Lembu, sementara Gam
mengambil alih komando memberikan aba-aba untuk mengatur situasi dan kondisi
pasca perang.
“Baw Paran keperad dalkertn.” perintah Gam kepada parjurit Ratu Precil di teluk
Silver. Prajurit yang masih sehat segera membawa pangeran ke biliknya dalam
keraton, dan membereskan temannya yang tewas dan yang terluka.
“Heypraj
daker Kahitba, bapulker teluk comb. Baw Jena Rajm jug.” perintah
Gam kepada prajurt dari Teluk Comberan hitam laut selatan, untuk membawa pulang
Rajanya dan seluruh prajuritnya.
***
Gam
tinggal beberapa waktu di kerajaan Teluk Silver untuk membantu menyembuhkan
Pangeran Katak Lembu dan Putri Ayu Precil. Sementara menunggu penyembuhan, Pangeran mengangkat hulu
balang Katak Cebong untuk menjalankan pemerintahan.
Dia mengangkat Gam menjadi penasehat pemerintahan.
Sebenarnya Gam menolak karena dia punya urusan pribadi untuk mencari husada
agar dirinya bisa berubah menjadi manusia normal seperti sedia kala dan bisa
pulang kembali kepada keluarganya di Kampung Maladewa.
“Pangeran, walau kau masih belum sembuh betul, namun
sudah bisa beraktifitas untuk kerajaan bersama hulu balang. Saya tinggalkan
obat berupa tanaman Pohon penghidupan yang saya tanam di halaman depan kerajaan
ini. Nanti bila sudah berbuah, makanlah buah itu sampai anda benar-benar sehat,
Perihal Putri Ayu jagalah dia, lindungilah patung itu
jangan sampai rusak. Pada suatu saat mantra patung itu akan hilang dengan
sendirinya. Maafkan aku tidak bisa membantu lebih lama lagi di sini, aku
dibatasi waktu. Ijinkan harus pergi melanjutkan pengembaraan untuk
menghilangkan sihir yang menimpa diri saya. Semoga dilain kesempatan Allah
masih mengijinkan kita bisa berjumpa lagi.”
“Bagaimana nasib Kakakku Putri Ayu Precil? Tak bisakah
kau menetap di sini saudaraku?” tanya Pangeran lebih berupa himbauan pada Gam..
“Hanya Allah yang tahu. Maaf untuk menetap di sini aku
tak bisa. Aku harus segera menyembuhkan diriku sendiri dari pengaruh sihir,
kalau terlambat tubuhku yang sebagai singa berkepala manusia tidak akan bisa
berubah, pulih sebagai manusia biasa.” tegas Gam. Sebelum melangkahkan kakinya
Gam berpelukan dengan Pangeran Katak Lembu dan Hulu balang Cebong, diiringi
lambaian tangan para warga negeri katak Teluk Silver. (Snt)
Jember, 18/09/2023.
Komentar
Posting Komentar