CERPEN KE 7 BUKU KUMPULAN CERPEN KE 3

 

(07)

MENCAPAI KESUKSESAN.

Sunyoto Sutyono

 

Menurut Dia sukses itu, tidak harus dalam artian yang selalu besar dan spektakuler, serba materi, serba ketenaran. Sukses itu adalah bisa mencapai sesuatu yang kecil sekalipun yang diinginkan, itu sudah merupakan suatu kesuksesan.

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kesuksesan merupakan keberhasilan atau keberuntungan. Sukses bukanlah suatu tujuan akhir. Tidak dengan kualitas seadanya dan menghalalkan segala cara untuk mencapainya. Melainkan sebagai proses yang harus di lakukan setahap demi setahap tergantung tujuan yang diinginkan.

Ciri-ciri orang sukses itu adalah mereka yang memiliki jiwa-jiwa optimis, selalu semangat dan gigih dalam mencoba, memiliki kreativitas tinggi hingga mampu mendisiplinkan diri. Orang sukses itu selalu memiliki keinginan untuk maju dan komitmen pada diri sendiri untuk terus belajar dan belajar.

Ayahnya benar-benar membuatnya kagum sekaligus bangga. Beliau hanya lulusan sekolah guru tingkat B (SGb) setingkat SLTA sekarang. Berprofesi sebagai guru di Sekolah Rakyat negeri (SR) atau SD di jaman sekarang. di desa pegunungan.

Mampu menguasai berbagai ketrampilan hidup (life skill) yang menurutnya benar-benar layak mendapat pujian dan predikat sebagai orang sukses. Selain di bidang dinasnya, ayahnya menguasai bidang seni, olah raga, ketrampilan keluarga, ketrampilan teknik mesin dan bangunan Dibidang organisasi politik maupun organisasi sosial semua di lakukannya dengan sukses.

***

Selama mengabdi di SMEA Negeri Kraksaan sejak 1981-1998, cukup banyak pengalaman yang Dia dapatkan. Sebagai guru biasa, sebagai wali kelas, sebagai guru pembina siswa, sebagai ketua jurusan, sebagai wakil kepala sekolah kurikulum, waka kesiswaan, sebagai guru teladan tingkat Kabupaten saya jalani.

Semua tugas itu dia jalani dengan segala keiklashan hati, dia niatkan sebagai amal ibadah. Tidak terlalu memikirkan untung rugi secara ekonomi.

Marilah kita ikuti cuplikan pengalaman yang barangkali bisa menjadi penyemangat bagi guru-guru muda yang sedang mengabdi di Pendidikan.

 

Dia sebagai anak berupaya keras untuk “memikul dhuwur mendem jeru” artinya mengangkat tinggi kehormatan dan menutup rapat-rapat aib atau kekurangan orang tua dan keluarga bila itu ada, Pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

Dengan perjalanan berliku, dia akhirnya berprofesi sebagai guru. Walau awalnya dia menolak kuliah di IKIP dan ingin kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) di Yogyakarta, orang tua tidak menyetujuinya. Demi menyenangkan hati orang tua, akhirnya dia bersedia kuliah di IKIP  Negeri Surabaya, kemudian nasib menuntun untuk menjadi guru juga.

Pertama kali menjadi guru negeri, dia  mengabdi di SMEA Negeri Kraksaan kecamatan Kraksaan Kabupaten Probolinggo tahun 1981. Sekolah itu adalah sekolah baru, dari sekolah SMA swasta yang di negrikan menjadi sekolah Kejuruan. Siswa kelas satu ada dua kelas, jurusan Akuntansi dan jurusan Pemasaran, berstatus sebagai siswa SMEA Negeri, sedang kelas dua dan tiga berstatus sebagai sekolah swasta. Karena di negerikan, maka kepala sekolah dijabat oleh kepala sekolah baru yang ditunjuk oleh pemerintah. Dan kepala sekolah lama dari swasta diangkat sebagai wakil kepala sekolah.

Di sekolah itu pegawai negerinya baru dua orang yaitu Dia (guru) dan kepala sekolah. lainnya adalah berstatus  honorer. Sebagian besar mereka adalah guru SMA swasta dan guru SMA Negeri kraksaan. Sebagai guru honorer tentu saja mereka tidak bisa sepenuhnya mengabdi di SMEA Negeri Kraksaan.

Mereka tidak bersedia mengajar mata pelajaran yang bukan vaknya dan tidak bersedia bertugas sebagai guru piket. tidak mau manjadi Pembina kegiatan siswa, di SMEA Negeri Kraksaan. Mereka mengajar di beberapa sekolah lain untuk mendapatkan tambahan penghasilan demi mencukupi kebutuhan keluarganya.

Kondisi tersebut menjadi masalah bagi SMEA Kraksaan, yakni kekurangan guru khususnya pengampu mata pelajaran kejuruan. Maklum tahun itu sekolah kejuruan  merupakan sekolah yang relative baru lahir, dibanding dengan SMA. Dalam hal ini pemerintah masih sedang menyiapkan tenaga guru kejuruan secara nasional.

Di Kraksaan sekolah lanjutan atas negeri hanya ada tiga yakni SMA Negeri, SMEA Negeri dan MA Negeri. Jadi kesulitan mencari guru kejuruan.  Resikonya adalah saya yang berlatar pendidikan Ekonomi Perusahaan dan Kepala sekolah yang berlatar Pendidikan Akademi Administrasi, harus dapat mengampu beberapa mata pelajaran di jurusan pemasaran dan akuntansi. Sementara guru honorer kebanyakan memegang mata pelajaran umum.

Sebagai guru baru tentu dia merasa sangat berat. Harus belajar giat setiap malam untuk menyiapkan materi pelajaran secara mental dan spiritual. Namun demi komitmen dan demi melayani para siswa, semaksimal mungkin harus bisa menguasai materi yang akan diajarkan esoknya.

Belum lagi untuk mengatasi jam-jam kosong yang gurunya tidak hadir, dia dan kepala sekolah harus juga mengisinya. Sangat beruntung dia mempunyai segudang pengalaman di bidang seni, olah raga dan suka membaca, menulis, ketika masa kuliah dan ketika bekerja di Kantor Perhutani sebelum terjun menjadi guru. Semua itu sangat membantu pekerjaannya.

Setelah menjalani kondisi demikian, dia rasakan kesulitan itu justru menjadi berkah, terutama berkah ilmu dan berkah pengalaman.

Ketika memori serasa penuh, badan lelah, dia selalu ingat pesan almarhum ayahnya “Syukuri dan rayakan, ketika kau mendapatkan kesuksesan sekecil apapun itu, dengan berusaha lebih maju lagi”

Mengingat itu semua dia teringat ayah, ketika bekerja selalu semangat dan memegang komitmen. Padahal saat itu ayah juga sangat sibuk dengan berbagai urusannya. Kalau ayah mampu, insyaa Allah sayapun harus bisa mengerjakan tugas seperti beliau.

Dia punya kewajiban mempromosikan SMEA yang pada waktu itu image masyarakat lebih lekat, bahwa sekolah lanjutan atas terbaik itu adalah SMA. Maka dengan sabar dan dengan pengalaman berkesenian, kami mengajak para guru yang mau untuk menari, menyanyi, berteater, dan olah raga, menggiatkan para siswa berkesenian dan olah raga prestasi.

Maka lahirlah di sekolah itu grup teater, dan tari. Pada berbagai kesempatan, kami para guru mengikut sertakan siswa untuk menampilkan seni tari, sendra tari dan bermain teater. Kami menyumbang atraksi seni pada acara perpisahan anak-anak SMP negeri maupun swasta, di panggung umum di alun-alun pada acara tujuh belasan. Kami diundang PEMDA untuk memainkan sendra tari di Gunung Bromo. Pada berbagai kesempatan kami berusaha tampil.  Sekolah kami semakin dikenal oleh Masyarakat luas. Tahun ajaran baru berikutnya jumlah kelas kami meningkat drastis. Kami bisa menerima 6 kelas untuk tiga jurusan (Akuntansi, Pemasaran, dan jurusan baru Sekretaris).

Tentu saja kami semua bangga atas sukses mengukir prestasi seperti itu.

Hubungan antar guru-guru, pegawai tata usaha yang masih honorer, maupun dengan kepala sekolah, wakil kepala sekolah, sangat baik dan kekeluargaan. Sehingga terciptalah suatu kondisi yang kondusif. Kepala sekolah  dengan bangganya memuji upaya kami, melibatkan anak-anak dan guru-guru berperan aktif memajukan sekolah.

Dia guru muda yang kreatif  berkomitmen pada diri sendiri untuk menitipkan hidup di tempat yang jauh dari desa kelahiran, tiada sanak saudara. Mereka semua itulah saudaranya sekarang.

Dia berupaya sekali berucap dan bertingkah laku baik kepada mereka semua. Akan membantu kepala sekolah untuk menjadi guru yang berprestasi dan  berdedikasi memajukan sekolah tempatnya mengajar dengan berbuat kreatif, dan komunikatif sesuai kemampuannya. 

Ketika jumlah murid semakin banyak, alhamdulillah usaha kepala sekolah mencari guru negeri berhasil. Sekitar  tahun 1983 berdatangan guru baru. Ada yang sudah berstatus pegawai negeri ada yang masih honorer. Mereka adalah guru akuntansi, bisnis, ekonomi,  kesekretarisan, matematika, bahasa Indonesia.

Legalah dia, beban kerja berkurang, demikian pula pak kepala sekolah bisa lebih fokus menangani manajemen sekolah. Dia  bersyukur mendapat pengalaman sangat banyak, tentang mendidik dan mengajar, ikut diberi kesempatan menangani manajemen sekolah, secara tidak langsung pak kepala sekolah mengajarkan berbagai hal kepadanya.

Kini ada kesempatan lebar untuk memikirkan diri sendiri. Dia beranikan diri melamar dan menikahi seorang gadis putri ibu kost yang menarik hati. Alhamdulillah Istrinya  dan mertuanya sungguh pengertian akan statusnya. Mereka sangat mendukung kariernya untuk maju. Pepatah mengatakan dibelakang suami yang sukses maka ada dorongan dari istri dan keluarganya. Itu benar adanya.

Kesan mendalam ketika kami bersama guru-guru yang baru datang itu, pada moment tujuh belas agustusan, sekolah kami menyuguhkan replica pesawat terbang yang lumayan besar kami rancang dan kami kerjakan bersama murid bertalenta seni.

Kemudian dia bersama ibu guru yang juga bertalenta di bidang seni menginisiasi menampilkan Drum band budek (keranjang) yang kami namakan Mrecing band. Tampilan personil penabuh  drum band memakai kostum seperti kostum tantara Inggris. Kemudian ceer leaders, kami ambil siswi-siswi cantik berwajah bening, berpakaian seksi layaknya ceer leader pada marcing band sungguhan.

 Tentu saja selain itu diramaikan oleh siswa yang berpakaian adat, berpakaian pejuang dan para professional yang sudah biasa ditampilkan itu. Atraksi kami mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat sepanjang jalan yang kami lalui pada saat pawai. Sungguh kami bangga dan puas mendapat penghargaan juara satu karnaval sekecamatan Kraksaan.

Bersama ibu guru Bahasa Indonesia dan siswa yang menyukai teater, kami selalu menampilkan drama di setiap acara perpisahan sekolah. Kelemahan dalam penampilan drama di sekolah adalah lemahnya vocal pemain sehingga penonton menjadi tidak tertarik. Kelemahan itu kami siasati dengan merekam vocal mereka beserta ilustrasi musiknya sehingga dalam latihan siswa pemain harus dapat mengucapkan vocal sesuai rekaman. Hal ini berbeda dengan film layar lebar. Dalam film direkam dulu gambarnya, baru di dubing vokalnya. Dalam drama kami rekam suaranya dulu  baru disesuaikan actingnya di panggung. Al hasil setiap penampilan teater kami di mana saja, di sekolah maupun di tempat pertunjukkan umum disukai.

Ketika teman lain khususnya guru negeri yang PNS tidak bersedia menerima tantangan untuk ikut pemilihan guru teladan tingkat kabupaten, maka Kepala sekolah menugasi Dia  untuk mewakili SMEA Negeri kraksaan tahun 1983.

Dia kumpulkan foto-foto kegiatan di sekolah di mana dia terlibat di dalamnya. Segala macam Sk dan bukti prestasi berupa sertifikat-sertifikat pelatihan dia sertakan untuk memperkuat hasil tes tulis dan wawancara oleh panitia seleksi.

Berbagai rekomendasi dari pejabat kecamatan setempat semuanya lengkap. Alhamdulillah saya berhasil lolos sebagai guru teladan Tingkat Kabupaten Probolinggo dan berhak mewakili maju ke tingkat Provinsi. Sayang di sini perjalanan saya kandas, kalah bersaing dengan jago dari kabupaten lain di Jawa Timur yang persiapannya lebih matang dan lebih hebat.

 Memperhatikan kemampuannya dalam upaya membesarkan sekolah, maka Bapak Kepala sekolah SMEA Negeri pertama, tahun 1983 mempercayakan Dia untuk mendirikan SMEA swasta PGRI Kraksaan. Dia rekrut sebagian guru negeri yang kreatif dan produktif ditambah sebagian dari murni guru swasta dan pegawai tata usaha lulusan SMEA negeri kraksaan untuk bersama-sama memajukan SMEA PGRI Kraksaan. Jumlah kelas SMEA PGRI maksimal 9 kelas karena keterbatasan ruang.

Dia harus tahu diri agar teman-teman tidak mencapnya sebagai seorang yang serakah. SMEA PGRI akhirnya juga berjaya dan dia  sukses mengemban amanat bapak kepala sekolah negeri. Kiat kami memajukan SMEA PGRI juga sama dengan kiat memajukan SMEA negeri dulu. Olah raga Voli putra-putri mampu menjuarai kompetisi voli antar sekolah lanjutan di kecamatan Kraksaan.

Agar tidak terjadi kecemburuan sosial antara siswa negeri dan PGRI, maka kami setting kolaborasi dalam beberapa kegiatan misalnya kepramukaan dan ekstra kurikuler Band, bersama teman guru dan siswa SMEA Negeri dan SMEA PGRI. Band kami yang diberi nama “Teacher’s and his gank” mampu mengorbitkan bibit penyanyi professional setingkat kabupaten. Kami berlima dua orang guru SMEA Negeri, dua orang guru SMEA PGRI dan satu orang guru SD Negeri, bertekat membeli seperangkat alat band milik kelompok lain di Kraksaan yang sudah eksis terlebih dahulu. Kami dari nol belajar otodidak sampai bisa mengiringi para siswa untuk berlatih bernyanyi.

Satu persatu siswa yang akan bernyanyi wajib menyetorkan kaset lagu yang akan dinyanyikan. Lalu kami mempelajari, setelah oke barulah siswa yang bersangkutan boleh berlatih dengan iringan band. Setapak demi setapak kami meraih sukses manggung di perpisahan sekolah sendiri, di sekolah lain, atau di hajatan teman guru.

Dia memang kreatif dan potensial. Dengan seijin kepala sekolah negeri Dia  merintis berdirinya Koperasi Guru dan Karyawan dinamakan “Koperasi Kridha Karya” dan Koperasi siswa “Kridha Siswa” Dia dipilih menjadi ketua Koperasi Guru dan Karyawan sekaligus sebagai Guru Pembina Koperasi siswa. Setapak demi setapak koperasi Kridha Karya dan Kridha siswa semakin nampak kemajuannya. Rupanya hal ini semakin memicu ketidak senangan sekelompok kecil guru kepadanya.

Berbagai sukses kecil-kecil dia kumpulkan sehingga dapat mengantarkan kariernya sebagai guru negeri dan kepala SMEA PGRI Kraksaan.

Bak pohon cemara semakin tinggi pohonnya semakin banyak diterpa angin. Begitu jugalah dia. Ketenarannya semakin melambung, desas-desus beberapa teman yang bernada miring semakin kuat berhembus. Fitnah tentang dirinya  dikatakan serakah dan ngatok, penjilat kepada kepala sekolah.

Dia berusaha menjelaskan kepada orang-orang yang tidak senang, bahwa tidak ada pikiran yang seperti itu. Namanya orang tidak senang. Apapun yang saya lakukan salah melulu adanya. Berbuat benar salah, apalagi berbuat salah, selalu saja salah. 

Untuk menghindari konflik berkepanjangan, maka benar-benar dengan Ikhlas dia melepas semua atribut sebagai ketua ini ketua itu, pembina ini pembina itu di SMEA Negeri yang mati-matian sejak mula saya ikut berjuang membesarkannya.

Kemudian di sekolah Negeri dia ikhlas hanya menjadi guru biasa, mengajar pelajaran Management Pemasaran. Membantu kegiatan ini itu hanya kalau diminta oleh teman di Negeri atau ada tugas dari kepala sekolah. Itupun semaksimal mungkin dia hindari. Dia lebih fokus memajukan SMEA PGRI Kraksaan.  

Perjalanan kariernya masih panjang, untuk mendapatkan legalitas yang lebih baik, dia ingin suatu saat mendapat kesempatan mengikuti talence scouting calon kepala SMK tingkat Nasional dan bisa meninggalkan SMEA Negeri Kraksaan.

Pesan ayahnya dan komitmen dia sendiri sejak semula tetap dia pegang teguh. Menjalani amanat sebaik-baiknya, selalu ingin maju dan tak henti belajar untuk mengukir prestasi lebih baik

Kesempatan benar-benar datang tahun 1997. Diantara 6 calon yang direkomendasikan oleh Kepala sekolah untuk mengikuti seleksi, alhamdulillah hanya Dia satu-satunya yang bisa lolos. Dengan segala kelebihan dan segala kekurangannya akhirnya kami mengikuti talence scouting tiga bulan di PPPG Yogyakarta.

Kami digembleng secara fisik dan keilmuan, pulang membawa kemenangan. Lelah fisik lelah pikiran, rindu keluarga akhirnya dapat terbayar. Rekomendasi untuk menjadi kepala SMK Negeri terpegang tangan. Sayonara Kraksaan yang penuh kenangan, dengan bangga dan dengan segala kerendahan hati saya meninggalkan Kraksaan dengan memegang Jabatan Kepala SMK Negeri di Situbondo tahun 1998. Tidak lama hanya dua tahun dia di mutasi ke SMK Negeri 1 Jember.

Timbul tanda tanya besar dibenaknya, mengapa begitu cepat dimutasi ke daerah lain. Selama dia menjabat sebagai kepala SMKN Situbondo dia tidak merasa ada masalah atau suatu kesalahan. Namun apapun itu sebagai bawahan maka tidak ada pilihan selain siap menjalankan tugas. Teka-teki yang selama itu menjadi pikiran insyaa Allah akan terkuak sendiri setelah menjalankan tugas. (Snt).

 

Jember Nop 2023.

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERPUSTAKAAN KECIL DIRUMAH.

PUISI PERTAMA YANGLOLOS KURASI