CERPEN KE 3 BUKU KUMPULAN CERPEN KE 3
(03)
SIAPA MEREKA ITU KEK ?
Sunyoto Sutyono
Kali ini kakekku mengajak jalan-jalan melihat patung di
Pintu gerbang masuk kota Jember. Disana ada sebuah patung monumen perjuangan
pahlawan kota Jember, yang banyak orang jember juga tidak atau belum tahu
patung siapa itu.
”Patung siapa kek?” tanya Rengga serius.
“Ceritakan Kek ?” sela Larasati adik Rengga. Sambil
perjalanan ke tujuan, Kakek mulai menceritakan sejarahnya.
Pada tahun 1949 terjadilah perang agresi militer II di seluruh
Indonesia. KNIL (tentara bentukan kolonial Belanda) tidak mau hengkang dari RI.
Mereka berusaha mengusik kehidupan damai bangsa Indonesia. Kehidupan yang mulai
tenang menikmati kemerdekaan. Tiba-tiba rakyat di tindas, bila membangkan di bunuh
atau ditangkap untuk disiksa. Tidak
terkecuali di Jemberpun juga berkobar perang melawan penjajah Belanda yang
semena-mena itu untuk mempertahankan kemerdekaan RI.
Di Jember Letkol Infantri Mochammad Sroedji adalah
Komandan Brigade III Damarwulan Sosok pemimpin yang mempunyai tanggung jawab
besar, terlibat dalam pertempuran sengit
di Desa Karang Kedawung Kec Mumbulsari kabupaten Jember. Peristiwa itu terjadi pada 08-02-1949.
Seratus orang prajurit pasukan Damarwulan, yang di pimpin
Letkol Moch Sroedji ditugaskan oleh
Panglima besar angkatan bersenjata Indonesia Jendral Soedirman, untuk
bergerilya dari Blitar sampai ke Jember. Dalam mengemban tugasnya Letkol Moch
Sroedji bersama pasukannya, sangat berjasa ikut mempertahankan Kemerdekaan RI
khususnya di wilayah Jawa Timur.
Ketika sedang beristirahat dari perjalanan jauh, di desa
Karang Kedawung Mumbulsari Jember, terjadilah pembantaian terhadap Masyarakat
sipil. Para prajurit dibawah pimpinan Letkol Mochamamad Sroedji tiba-tiba sudah
dikepung oleh tentara Belanda. Dalam keadaan terkepung Letkol Moch Sroedji
memerintahkan seluruh anggota pasukannya melindungi diri dan Masyarakat. Penduduk Karang Kedawung yang panik dan pasukan brigade
III Damarwulan yang dalam kondisi lelah, menyambut gempuran senjata musuh
dengan persenjataan lengkap dan jumlah prajurit lebih banyak.
Perang
sengit yang tidak seimbang tidak terelakkan. Pasukan prajurit Damarwulan tampil
bersama masyarakat karang kedawung, bertempur dengan senjata seadanya, berusaha
melawan musuh demi mempertahankan kemerdekaan RI yang dinikmati baru selama
empat tahun. (1945-1949).
Dalam
peperangan itu banyak wanita yang membantu para lelaki tua muda, ikut berjuang di medan perang. Wanita yang tidak ikut berperang melarikan diri
semampunya mencari selamat. bersama anak-anak.
Para pejuang masyarakat karang kedawung dan para tentara
prajurit yang bersenjata seadanya terkepung, banyak yang tewas terbunuh oleh
tentara Belanda. Letkol Moch Sroedji yang berada di garda terdepan terkena
tembakan di pundaknya. Dengan senjata pistol ditangannya beliau mengamuk
membabi buta menembaki para musuh.
Letkol Raden Mas Soebandi seorang dokter tentara, yang
bertugas sebagai tenaga kesehatan prajurit, ikut dalam pasukan Damar Wulan.
Beliau berhasil lolos dari kepungan tantara Belanda. Namun menyaksikan
sahabatnya Letkol Moch Sroedji tertembak, Dr Soebandi kembali. berusaha
membopong sang komandan Letkol Moch Sroedji.
Dalam kondisi terluka dan dibopong beliau masih tetap
menembakkan pistolnya kearah pasukan Belanda. Malang nasib Letkol dr RM
Soebandhi yang membopong Letkol Moch Sroedji diberondong peluru panas sampai
keduanya wafat dalam kondisi berpelukan. Beliau berdua gugur sebagai
pahlawan gagah berani mempertahankan negeri Indonesia tercinta.
”Nah
itu patungnya yang menggambarkan tertembaknya Letkol Moch Sroedji sedang di
papah oleh Letkol Dr Raden Mas Soebandi.”
kakek menunjuk patung itu.
”Lalu cerita selanjutnya bagaimana
Kek?” tanya Rengga kelas enam MI, mulai tertarik.
”Lanjutkan kek, ceritanya.” rengek
Larasati cucu kakek kelas empat MI. Kakek
melanjutkan ceritanya sambil perjalanan pulang.
Begitu kejamnya penjajah Belanda tidak punya rasa
kemanusiaan menyeret Jasad Letkol Moch Sroedji berkeliling kota Jember.
Tujuannya adalah mengintimidasi masyarakat siapa yang berani membangkang
kolonial Belanda akan bernasib sama seperti orang ini.
Setelah puas menyiksanya, jasad yang sudah tak bernyawa
itu dibiarkan begitu saja tergeletak di jalanan dengan maksud siapa dilihat
oleh orang banyak.
Sekelompok Masyarakat dipelopori seorang kyai
memberanikan mohon kepada Belanda untuk diberi ijin menguburkan jasad Letkol
Moch Sroedji sebagai mana mestinya.
Untuk mengenang jasa-jasa Pahlawan yang gugur dimedan
laga membela negara, pemerintah mengabadikan dalam bentuk patung pahlawan
pejuang Jember Letkol (anumerta) Mochammad Sroedji dibopong Letkol Dr Soebandi.
Patung monumental itu ditempatkan di
gerbang masuk kota Jember, jalan Hayam Wuruk kecamatan Kaliwates kabupaten
Jember, yang kita saksikan tadi.
”Ada satu lagi patung Letkol Infantri
(anumerta) Mochammad Sroedji ditempatkan di depan kantor PEMDA Kabupaten
Jember. Dan untuk mengenang jasa dr Soebandi pemerintah mengabadikan namanya
sebagai nama rumah sakit daerah terbesar di Jember yaitu RSUD dr SOEBANDI
Jember, jalan dr Soebandi di kecamatan Patrang kab Jember, tak jauh dari rumah
kita itu. tahu kan?” Sampai di alun-alun Jember, kekek menunjukkan patung
Letkol Infantri (Anumerta) Mochammad
Sroedji di depan PEMDA. Kakek melanjutkan ceritanya.
Saat itu jasad Letkol Infantri (Anumerta) Mochammad Sroedji dan Letkol Dr Raden Mas Soebandi
dimakamkan oleh masyaraakat di TPU Tunjung Kelurahan Jember Lor, Kecamatan
Patrang kabupaten Jember. Dengan dibangunnya TMP Jember di Patrang,
maka jasad Dr Soebandi dipindahkan ke TMP Patrang. Sedang jasad Moch, Sroedji
tetap dimakamkan di TPU Tunjung. Mungkin
sebelum meninggal beliau berwasiat ingin berjuang, mati, dimakam bersama
rakyat. Entahlah ada misteri apa tentang ini. (Snt)
Jember, Oktober 2025.
Komentar
Posting Komentar