CERNAK "PELAJARAN LIFE SKILL"
PELAJARAN
LIFE SKILL
Pak
Sunyoto Sutyono
Tugas ini remeh temeh atau sepele namun
sebenarnya. Buktinya banyak anak-anak yang tidak bisa tidak mau menghindar bila
melihat lantai kotor, halaman rumah kotor. Baru kalau disuruh Sebagian anak mau
mengerjakannya. Coba bayangkan kalau lantai rumah, halaman rumah tidak pernah
di sapu bagaimana kotornya? Rumah menjado tidak sedap dipandang, tidak sehat di
pernafasan dan sebagainya. Marilah kita bergotong-royong saling membantu. Pepatah
mengatakan “Berat sama dipikul ringan sama dijinjing” dalam mengerjakan
pekerjaan di rumah kita sendiri.
“Untuk apa bu kita diajari menyapu, toh di
rumah ada ibu dan pembantu yang bisa mengerjakan semua itu?” kata Dewi
“Lalu tugas kamu apa kalau di rumah?” Ustadzah
Irma ganti bertanya.
“Anak-anak tugasnya belajar, makan, tidur,
mandi, sekolah sudah selesai!”
“Kalau ibu sakit, kalau pembantu sedang
pulang kampung, siapa yang mengerjakan semua pekerjaan di rumahmu. Tentu saja
kalian semua harus bisa. Ayah juga harus bisa. Besok kalau kalian sudah dewasa
dan berumah tangga ya harus mengerjakan semua itu.”
“I
i i iya ustadzah?”
“Itulah manfaatnya, kalian diajari Life
skill sejak masih anak-anak supaya terbiasa trampil mengatasi masalah
kehidupan.”
“Oke, anak-anak are You reday”
“Siaaaap. Readyyyy” jawab anak-anak
berbarengan
***
Iqbal melamun, membayangkan bagaimana ibu
dan ayahnya mengajarkan cara menyapu yang bersih dan benar. Setiap pagi setelah
shalat subuh, mengaji, lalu menyapu halaman rumah. Ayah selalu Iqbal untuk memperhatikan
ayah yang sedang menyapu. Iqbal memperhatikan betul bagaimana ayah menyapu.
“Iqbal, menyapu itu pekerjaan sederhana,
namun manfaatnya hebat.”
“Iya yah, apa manfaatnya yah.”
“Menyapu melatih kesabaran, menyapu
menjaga kebersihan rumah kita. Kebersihan adalah sebagian dari iman, membuat
pikiran jernih dan bahagia.” kata ayah.
“Siapa yang di rumah suka membantu Ibunya
menyapu lantai rumah dan halaman, angkat tangan? seru ustadzah
“Mas Iqbal, dan mbak Fitri, silakan maju
ke depan kelas membawa sapu lantai dan halaman, dipresentasikan dulu!” pinta
ustadzah.
“Bal kamu yang presentasikan ya.” pinta
Fitri.
“Okey siapa takut.” jawab Iqbal.
“Mulailah dengan mengucap “Bismillahir
rohamnirohim”. Kemudian peganglah sapu di tangan kanan. Lalu mulai menyapu dari
sudut kiri ruangan, tempatkan kedua kaki di bekas yang sudah disapu,
berjalankan ke arah kanan sambil menyapu. Sampai di sudut kanan, putar badan
kembali menyapu menuju sudut sebelah kiri dan seterusnya sampai selesai. Bila
di telapak kaki masih terasa ada kotoran atau debu maka berarti menyapu kita
belum bersih. Ulangi lagi sampai di kaki terasa tidak ada debu sekalipun.”
Iqbal mempresentasikan sementara Fitri memberi contoh pelaksanaan menyapunya di
depan kelas.
“Kalau menyapu halaman bagaimana Bal?”
tanya Dewi
“Caranya sama saja seperti menyapu lantai,
hanya sapunya menggunakan sapu lidi untuk halaman.”
“Tepuk tangan untuk mas Iqbal dan mbak
Fitri,” seru ustadzah sambal tepuk tangan diikuti para siswa yang lain.
“Anak-anak semuanya sudahFitri coba pinjam
bisa?” Tanya ustadzah
“Bisaaa buuu.”
“Sekarang coba Yahya maju praktekan apa
yang dipresentasikan Iqbal dan di praktekkan Fitri.”
Yahya maju minta sapu ke Fitri terus
menyapu, namun menyapunya tidak rata banyak yang terlewati.
“Yahya kamu sudah bisa namun masih kurang
sabar, cepat-cepat ingin selesai. Kalau di rumah belajar lagi lebih baik.”
“Iya Bu.”
“Sekarang Khotijah maju ke depan.” Dia
menyapu dengan sabar, merata dan hasilnya bersih.
“Bagus Khotijah, apa kalau di rumah kau
sering membantu ibu menyapu.”
“Iya bu, di rumahku tidak punya pembantu,
jadi saya dan kakak yang membantu.”
“Baik, anak-anak harus bisa membantu
meringankan pekerjaan ibu kalau di rumah.”
“Iya buuu”
“Nah sekarang kita keluar kelas, praktek
menyapu halaman.”
“Fitri coba pinjam sapu lidi kepada pak
Lukman di rumah penjaga sekolah.!” Fitri yang disuruh langsung tanggap me
minjam sapu di rumah penjaga sekolah di belakang. Tidak menunggu lama Fitri
sudah kembali memberikan sapu kepada ustadzah.
“Terima kasih ya Fit.”
“Iya buu, sama-sama “
“Nah sekarang mas Iqbal yang memberi
contoh menyapu.” Iqbal dengan cekatan mengambil sapu dan menyapu dengan benar
dan hasilnya bersih.
“Tepuk tangan anak-anak.” Iqbal senang
mendapat tepuk tangan dari teman-teman.
“Sekarang Taufiq!” maju meminta sapu lidi
dari Iqbal, dia menyapu dengan sabar dab hasilnya bersih.
“Tepuk tangan untuk Taufiq.”
“Yes….yes…” taufiq bangga dapat tupuk
tangan.
“Zakiya maju.” kata ustadzah. Dia mampu
menyapu dengan baik dan bersih. Tanpa disuruh anak-anak memberi tepuk tangan
kepada Zakiya.
“Anak-anak latihan kali sudah cukup, mari
kita masuk kelas. Minggu depan ibu akan adalkan penilaian. Ketentuannya
Pertama, anak-anak harus mengirimkan video ketika menyapu di rumah baik menyapu
lantai maupun menyapu halaman. Kedua anak-anak praktek langsung menyapu di
sekolah baik menyapu lantai maupun menyapu halaman. Nanti tugasnya akan saya
kirimkan ke bunda kalian agar di ketahui. Bagaimana anak-anak siaaap?”
“Siaap.”
“Assalamu alaikum warrah matulaahi
wabarookatuh.” ustadzah segera meninggalkan kelas. Bel berbunyi anak-anak istirahat,
berhambur ke kantin sekolah beli minuman dan jajanan. (Snt)
Jember,
12 Oktober 2023.
Komentar
Posting Komentar