CERNAK "MISTERI SUARA MENAKUTKAN"
MISTERI
SUARA MENAKUTKAN.
Sunyoto
Sutyono.
Setelah
makan malam Fandi mengajak temannya ngobrol di teras depan sambil menikmati
udara malam. Lama-lama Faza merasa kedinginan dan mengajak Fandi untuk melihat
TV saja di dalam. Chanel tv dinyalakan, film horror judulnya Kuntilanak.
Faza merinding takut menyaksikan film tersebut.
“Sudah jam sembilan yuk kita cerita sambil
tiduran di kamarmu saja Fan, saya sudah mengantuk.” usul Faza yang sebenarnya
takut.
“Biasanya saya jam setengah sembilan sudah
harus tidur kalau di rumah.” kata Bima
Fandi mengajak tiga temannya tidur di
kamarnya. Sebelum tidur mereka bercerita tentang hantu di sekolah, tentang
hantu di pohon mangga sebelah rumah. Setelah lelah Bima tertidur ngorok duluan,
kemudian disusul Fandi juga tertidur. Faza masih belum bisa tidur, karena
pikirannya sedang melayang kemana-mana. Dia berusaha melupakan segala yang
dipikirkan, namun sulit. Di luar rumah hujan mulai deras, suaranya berisik,
sayup-sayup terdengar suara burung celepuk. Suasana dingin akhirnya
mengantarkan Faza tertidur juga. Ketika dilihat anak-anak sudah pada tidur, Nenek
mengunci semua pintu dan mematikan lampu di ruang tamu terus pergi ke kamarnya.
Jam 01.00 malam Faza terbangun menahan
keinginan buang air kecil. Dia mengintip
ke kamar tamu suasananya gelap, Dia takut pergi ke kamar mandi sendirian, maka membangunkan
Bima. Dengan malas Bima terbangun,
berdiri dari tempat tidur, mengantar Faza ke kamar mandi di belakang dekat
dapur. Didorong
rasa sakit menahan ingin kencing, Faza berani masuk kamar mandi sendiri. Ketika
selesai, plong terbebas dari rasa sakitnya, tiba-tiba timbul rasa takut. Bayangan
hantu menyergap perasaannya. Bima yang menutup seluruh tubuhnya dengan sarung,
berdiri di depan toilet sangat mengejutkan. Dia berseru “Astaghfirullahhal
adzim” sambil memegang dadanya yang berdentang keras.
“Bim jangan menakut-nakuti dong.”
“Siapa yang
menakuti, saya kedinginan tahu. Ayo cepat masuk.” ajak Bima mempersilahkan Faza
jalan duluan. Tiba-tiba Faza mendengar suara orang mengetuk-ngetuk pintu. “Bim
ada orang mengetuk pintu.atau ….. kamu dengar?” kata Faza
“Lamat-lamat
Bima mendengar, suara semakin keras tok,klotok, tok tok klotok.”
“Dari mana arah
suara itu. Sepertinya dari ruang makan?” Bima menggandeng tangan
Faza yang gemetar, menuju ruang makan. Dihidupkan lampu ruangan itu, terdengar suara seperti tadi Tok--- tok
klotok..klotok berkali-kali. Diintipnya korden jendela, diluar sepi. Bima
berpikir berarti bukan manusia. Suara itu terdengar lagi. Sepertinya dari arah
keranjang sampah. Dibukalah tempat sampah itu oleh Bima. Seekor cicak sedang
memakan capung terjebak di dalamnya melompat ke dekat kaki Bima. Dia loncat
menghindar, cicak justru lari kearah
kaki Faza dia terkaget yang amat sangat, tak sadar memekik keras “Bim tolong
Bim, tolong Bim” sambil berjingkrak, kedua tangan menepis-nepis, Faza lari
menuju kamar Fandi.
***
Bima dan Faza kembali ke kamar namun tidak
bisa tidur. Weker di kamar Fandi menunjuk pukul 02.00 di luar begitu sepi. Faza
yang masih trauma tiba-tiba mendengar suara kaca jendela bergetar dari
lamat-lamat semakin jelas terdengar.
“Bim ada orang mengetuk kaca jendela tuh.”
Faza kembali ketakutan.
“Mungkin cicak seperti yang tadi?” hibur
Bima
“Masa cicak bisa menggetarkan jendela.”
Faza membangunkan Fandi
“Ada apa sih jam segini sudah bangun?”
tanya Fandi malas.
“Fan ada yang mengetuk kaca jendela ruang
tamu.”
“Oh itu, ada mobil yang lewat di jalan.”
kata Fandi. Bima percaya, namun Faza tidak percaya.
“Agar yakin mari kita buktikan.”
Mereka bertiga ke ruang tamu, Fandi
mengajak Faza melongok ke luar rumah lewat korden sepi tidak ada siapa-siapa.
“Sekarang cendelanya tidak berbunyi, berarti orangnya sudah pergi.” bantah
Faza. Bima mengakui logika Faza ada benarnya. Sementara mereka berbantah
candela bergetar lembut.
“Dengarkan baik-baik, setelah ini pasti
ada mobil yang kedengaran lewat di jalan raya itu.” kata Fandi. Bima dan Faza
mendengarkan dengan seksama. Sebentar kemudian benar kata Fandi ada mobil lewat
di jalan besar itu.
“Dulu saya juga sering ketakutan dengan
suara-suara itu, Kulawan rasa takutku. Kata Nenek ketakutan itu hanya ada
ketika kita selalu membayangkan hal-hal yang menakutkan. Sebaiknya bayangkan
hal-hal yang positif dan pakai logikamu.” lanjut Fandi.
Mendengar ribut-ribut Nenek bangun dengan
rambut putih awut-awutan menuju ruang tamu. Tanpa sepengetahuan Faza Nenek
sudah berdiri di belakang kursinya dia terpekik “Setaaaan, kuntilanak.”
“Ada apa anak-anak malam-malam kok pada ribut?”
sapa nenek
“Maaf nek teman saya tadi kakinya
dirambati cicak, dia kaget ketakutan. Sekarang takut lagi karena jendelanya
bergetar” jawab Bima menjelaskan.
“Oh kirain ada
apa, tidurlah kembali, ini masih malam.” nenek kembali ke kamarnya. Sejak
kejadian semalam Faza belajar melawan takut.. (Snt)
Jember,
07/02/2024
Komentar
Posting Komentar