CERPEN TENBOK CINA MAHA KARYA DUNIA.
TEMBOK CHINA, MAHA KARYA DUNIA
Sunyoto
Sutyono
Tahun 2012 Saya pernah mendapat kesempatan
pergi ke Beijing ibu kota RRC, dalam rangka studi banding kepala Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) Negeri bertaraf Internasional. Dari Jawa Timur kami berjumlah
enam orang ditambah dari provinsi lain seluruh Indonesia jumlahnya menjadi sekitar
25 orang. Kepergian kami di prakarsai oleh Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan pusat Jakarta.
Singkat cerita kami harus berkumpul di bandara
Soekarno Hatta Jakarta. Kami meninggalkan Jakarta Indonesia pukul 16.00 wib
menuju ke Hongkong International Airport. Ketika itu langit cerah, semakin
tinggi kami mengudara semakin menarik panorama langit. Kulihat dari jendela
pesawat berbias bergumpal-gumpal kapas putih membuat saya kagum menyaksikan indahnya
lukisan alam tersebut.
Sampai di bandara Internasional Hongkong pukul
21.00 wib. Ketika itu bandara di terminal Internasional masih ramai oleh para penumpang, penjemput serta para petugas
bandara. Kami pindah ke terminal penerbangan lokal suasananya sepi. Menunggu
beberapa waktu untuk melanjutkan penerbangan ke Beijing yang masih memerlukan
waktu kurang lebih 3 jam. Perjalanan dilanjutkan naik bus ke kompleks Hebey
University masih memerlukan waktu sekitar 2 jam lagi.
Sampai di halaman asrama mahasiswa/dosen kompleks
Universitas Heibey sudah jam 02.00 dini hari. Jangan ditanya capeknya badan ini.
Dua hari dua malam, tidak bisa istirahat
dengan baik, sungguh perjalanan panjang yang sangat melelahkan.
Pagi hari kami menyempatkan melihat
suasana di halaman, heran di asrama itu, tidak ada mobil atau sepeda motor yang
terparkir di situ. Angin bertiup sedikit kencang, udara sangat dingin. Saya
dengan pak Lanang mencoba berjalan sedikit jauh melihat sepedah pancal
di parkir sangat banyak di tempat parkiran.
“Apa mahasiswa dan dosen di Uneversitas
yang sebesar dan terkenal ini, keseharian naik sepeda?” tanyaku pada pak
Lanang.
“Mungkin iya pak, para dosen di sini juga
tidak naik mobil pribadi seperti di negara kita. Beritanya di sini kepemilikan
kekayaan pribadi dibatasi oleh negara.” pak Lanang memberi penjelasan. Kami tidak
membahas lebih lanjut, segera pulang ke
asrama untuk bersiap-siap
Acara kunjungan sangat padat. Namun dalam kesempatan
ini saya hanya fokus menceritakan perjalanan mengunjungi destinasi wisata The
Great Wall, Tembok Raksasa China, atau Wanli Change Cheng.
***
Saya begitu takjub ketika memasuki
plataran depan undak-undakan naik
keatas tembok.
“Pak, nanti naik keatas sana ya?” tanyaku
kepada pak Masrukin teman dari Trenggalek
“Apa Pak Adi bisa, kuat naik tangga itu
sampai di atas.?” jawabnya.
“Insyaa Allah kuatlah, sudah sampai di sini
kapan lagi akan naik keatas tembok ini.”
“Oke, mari jalan pelan-pelan saja, kalau
capek berhenti.”
Dengan susah payah akhirnya kami berdua
bisa sampai di atas tembok. Sesak nafas di dada karena capek, namun lega
rasanya.
“Kira-kira berapa tinggi tembok ini dari
dasar kita mulai naik tadi/” tanya pak Masrukin
“Menurut
data yang saya baca di Google tingginya
antara 4,5 – 15 meter tidak rata, di jarak tertentu ada bangunan yang berfungsi
sebagai benteng. Panjangnya sekitar, 8,851 Km, lebar 9 meter.” jawabku
“Subhanallaah. Ceritanya tembok ini
dibangun untuk pertahanan Tiongkok dari serangan orang-orang suku nomaden dari
Tiongkok utara. Tembok ini termasuk sebagai salah satu dari tujuh keajaiban
dunia, sampai saat ini.“ kata pak Masrukin.
Kami melayangkan pandangan kemudian kagum
dan takjub, melihat kokohnya bangunan ini, panjangnya memagari daerah pegunungan.
Menurut sejarahnya tembok ini dibangun
oleh beberapa Dinasty. Pertama dibangun tahun 453 – 221 SM oleh negara-negara Qi,
Chu, Yang, Wei, dan Zhao. Dynasty Qin membangun kemudian dengan bahan bangunan
tanah pasir kuning dan batu kerikil dengan urat kayu ranting. Pembangunan
dilanjutkan tahun 220 SM dengan mengerahkan tenaga kerja rakyat jelata kurang
lebih 300.000 orang. Tahun 140-87 SM, Dinasty Han merenovasi tembok besar ini dan
menambah sekitar 1000 km panjangnya, dikerjakan selama 20 tahun. Pada tahun
1368-1644 M, konstruksi bangunan tembok direnovasi oleh dynasty Ming dan
panjang di tambah lagi dengan 5650 km sehingga menjadi bangunan terpanjang di
dunia.
Ada sembilan titik dimana didirikan
benteng pertahanan dan pintu gerbang untuk pengawasan daerah perbatasan.
Benteng paling timur disebut Shanhaiguan
dan benteng terbarat disebut Jiayuguan.
“Kita naik tadi berarti dari pintu paling
timur pak. Yuk kita foto-foto.” ajak saya. Silir angin sedikit kencang dan
dingin, menerbangkan debu dan pasir halus yang membahayakan mata dan pernafasan
kami.
“Oke sini saya foto, nanti gantian yang berakting.”
Sementara kami berfoto ria bu Ida dengan pak Lanang teman serombongan dari Jawa
Timur melintas dan foto bersama.
“Pak Lanang dan bu Ida menyusuri berapa gerbang?”
tanyaku
“Tiga gerbang dari gerbang paling timur
tempat pertama kita naik tadi.” jawab pak Lanang dan bu Ida
“Maklum otot muda, kami yang tua ya di
gerbang pertama ini saja sudah cukup.” goda pak Masrukin.
“Haaalah, yang penting kan sudah kesampaian
naik ke great wall, sudah suatu kebanggaan.” sela bu Ida yang cantik itu.
“Diatas tembok ini difungsikan untuk
komunikasi dan transportasi para militer pada
jaman dahulu.” kata pak Lanang sambil melihat sisi kiri kanan tembok.
“Apakah kira-kira di sepanjang tembok ini,
masih terpelihara dengan baik seperti yang kita saksikan di sini?” tanya bu Ida
“Kalau di negara kita Borobudur juga sudah mengalami kerusakan di sana-sini, karena erosi, karena pencurian, pengrusakan oleh tangan manusia. Untung Pemerintah yang berwenang di bidang arkeologi mampu merawat dan melestarikan ini. Kalau tidak ya bisa sudah tamatlah Borobudur tinggal cerita..” kata pak Masrukin membandingkan.
“Menurut berita yang saya baca di google
Wikipedia.org walau dilindungi, situs purbakala ini ternyata mengalami
kerusakan di kurang lebih 1/3 bagian terutama di tembok bagian luarnya. Yang
masih terpelihara dengan baik hanyalah yang berada di Beijing. Kerusakan sebagian
karena perbaikan yang menggunakan teknologi serampangan, pencurian batu artefak
inskripsi, Banyak Masyarakat yang tinggal di sekitar tembok mengambil batu dari
tembok itu untuk membangun rumah atau kandang ternak. Terutama bagian yang
dibangun oleh Dynasty Qin, Han, Sui dan Ming yang rentan, dibobol untuk jalur kendaraan dan karena
erosi.” penjelasan saya
“Seperti di jelaskan oleh Petinggi
Pendidikan Heibey kemarin. Salah satu upaya Pemerintah RRC untuk melestarikannya
adalah membuka jurusan studi Tembok Besar, pada Universitas-Universitas lokal.
Dengan begitu dapat menarik arkeolog-arkeolog muda yang ahli untuk meneliti dan melestarikannya.” lanjut pak Lanang.
Hai pembaca, apakah suatu saat kita bisa
datang ke sini teman? Entahlah hanya Allah yang maha tahu. Kami bersyukur telah
menyaksikan maha karya dunia ini. Alhamdulillah. (snt)
Jember, 28 Agustus 2023.
Komentar
Posting Komentar