CERPEN HOROR
RENUNGAN MALAM
Sunyoto Sutyono
Kek Darmo juru kunci makam, yang
sosok tubuhnya dekil, wajahnya kotor dan horor kaget. Dengan suara berat mendesah sedikit serak ”Siapa
kalian?”
“Kami siswa Pramuka sedang berkemah
di lapangan itu kek.”
“Saya tahu maksud kalian kesini. Kalau ingin
selamat beri sesajen ingkung ayam bakar, tumpeng nasi kuning. serahkan
untuk di do’akan oleh juru kunci makam.” sinis kek Darmo,menyuruh kami kembali
ke perkemahan.
Lima anak
pramuka yang iseng tersesat ke rumah juru kunci makam itu adalah, Mutmainah,
Zahra, Lani, Julaika, Intan, kembali ke perkemahan, berlari meninggalkan makam.
Belum sempat menyampaikan info itu kepada Pembina, keburu dimulainya apel sore
dan kegiatan selanjutnya sesuai jadwal.
***
Tengah malam kak
Pandu, Pembina Perkemahan, memimpin renungan malam. Suasana sengaja dibuat
sahdu, khusuk, hening dan membuat bulu
kuduk merinding. Backgrond lagu syukur sayup mendayu, bau kemenyan
menyengat. Binatang malam ikut membangun suasana semakin mencekam. Tujuannya
adalah menyampaikan pesan tentang kebajikan.
Mereka
tersentuh nuraninya, ketakutan dan terhipnosis. Berbagai bayangan aneh.
bekecamuk di pikiran. Tiba-tiba Lani dan Julaika jatuh pingsan bersamaan.
mereka menangis terharu biru. mendengar pesan kakak Pembina. Karena penjiwaan
yang dalam beberapa anak lain juga pingsan.
Suasana semakin
gaduh ketika Lani dan Julaika menjerit keras-keras “takut, takut, tidak, tidak,
ampun, ampun!” Matanya melotot, meronta dengan kuat “antar aku pulang, aku
ingin pulang,” Tiga Anak laki-laki yang memegangi dilemparkan oleh Lani yang
kerempeng itu. Lani lari sempoyongan ke kuburan dikejar teman-temanya. Zahra
dan Mutmainah gemetar demi melihat Julaika juga melotot, dan mulut terkatup
giginya gemeretak seperti makan tulang, berucap mulutnya “Pergi, semua pergi
dari sini” suaranya berat bukan suara Julaika. Mutmainah yang tadinya tegar lututnya
lemas lalu jatuh pingsan. Hujan tiba-tiba turun sangat deras. Zahra dibantu
teman laki-laki menunggui Julaika di tenda.
Lewat pengeras
suara Pembina menginstruksikan panitia dan ketua regu memindahkan yang
kesurupan dan membongkar tenda, dibawa ke masjid terdekat. Tilpon orang tua
supaya menjemput, lainnya akan diangkut ke sekolah. Tiba-tiba kak Johan terjatuh
di pelataran masjid merangkak-rangkak, mengaum seperti seekor harimau. Pembina
lain terkejut lalu merubung yang kesurupan. Situasi para siswa semakin kalut
dan histeris.
“Han, Johan, Han
sadar, istiqfar Han.!” Kak Pandu mengguncang tubuh Johan. Terdengar suara berat
dari mulut Johan.“Hrrrr huuuaghh,” Jin
merasuki Johan penuh wibawa.
“Siapa kamu? Jangan
ganggu kami!” Kak Pandu membentak.
“Eyang Sardulo.” Akan kurasuki setiap
jiwa yang lemah dan kotor di sini!” ancam Jin Sardulo serius.
Kak Pandu konsentrasi memohon
perlindungan Allah SWT agar Johan dan para siswa tidak diganggu Iblis. Dia mengatur pernafasan,
lalu menarik jin yang merasuki Johan dipaksa keluar. Dengan mengerahkan tenaga
dalam, alhamdulillah berhasil. Johan sadar.
Kak Pandu kecapekan. Jin lepas merasuki Mutmainah, pindah ke Anton, kemudian
Zahra, dan Bari. Setiap satu sembuh dia pindah ke yang lain. Kak Pandu
kewalahan, menilpon guru spiritualnya untuk membantu. Sementara menunggu, orang
tua siswa yang mampu datang membantu.
“Akan kurasuki setiap jiwa yang
menyebut namaku.”.ancam eyang Sardulo lewat mulut Bari. Para Siswa semakin
ketakutan.
“Guru apa arti semua ini?” Kak pandu
kepada guru spiritualnya yang baru datang.
“Semua ini ulah juru kunci makam,
karena permintannya tidak dituruti!” (Snt)
Jember, 5 Maret 2023.
Komentar
Posting Komentar