PUISI KE 18 (SEMALAM DI PARANG TRITIS)
SEMALAM DI PARANG TRITIS
Pak Sunyoto
Bertahun lalu kupernah
bersama sekelompok seniman
teatre Bengkel Muda Surabaya.
selepas pentas hari jumat di Lamongan
sabtu malam minggu di gedung megah
Sasono langen Budoyo atas undangan
Kelompok Bengkel Teatre Yogyakarta
milik seniman besar WS Rendra.
Esok harinya kami sengaja berlibur
kepantai Parang Tritis.
Menjelang dhuhur kami datang
di pemondokan, milik mbah Dipo
seorang duda tua hidup sebatangkara
Rumah sederhana berdinding bambu
dua tempat tidur besar dengan tikar terhampar
lantai tanah, senantiasa bersih
disitulah para seniman dari berbagai kota
menginap, disuguhi makan minum seadanya,
tidur, berdiskusi bercengkerama bersama
semuanya gratis, servise dari mbah Dipo
Jika malam tiba sehabis dijamu makan
kami bergerak menuju pantai
menembus gulita malam sunyi nan sepi
lokasinya tidak terlalu jauh dari rumah mbah Dipo,
perjalanan setengah km lewat kebon kelapa dan salak
dari kebon suara emuruh ombak terdengar jelas
sebentar kemudian ..... sudah sampai di pantai
menikmati simponi alam sajian musisi dewi dewi laut
berupa deburan ombak dan tiupan angain pantai
melagukan irama magis yang syahdu
memabukkan ketika dinikmati sambil tiduran
dipasir, tengadah menikmati kerlip bintang dilangit
Subhanalloh alhamdulillah allohu akbar
sayup sayup mata mulai mengantuk.
Antara sadar dan tidak kami terbayang
tiba-tiba terdengar suara kereta kuda dikejauhan
Sekejap terlintas legenda nyai Roro Kidul.
Kelap kelip pelitanya, semakin mendekat
semakin dekat lalu memberi salam salam
suaranya lirih tetapi bak halilintar memekakkan
menghantam dada dan jantungpun berdetak kencang
Perwujudan nyata seorang lelaki setengah baya
menjajakan camilan belut goreng dan kopi panas
Sejenak setelah menguasai diri
sadar sepenuhnya apa yang terjadi
kami bangun dari tiduran posisi duduk
memelukm lutut, udara malam semakin dingin
memesan kopi panas dan belut goreng
Konsentrasi kami terpecah antara menikmati
musik laut, kopi panas belut goreng dan cerita
penjaja minuman tentang legenda pantai
kraton jogyakarta dan goa selarong.
suasana malam semakin larut, kami berpamitan
setelah menghabiskan hidangan dan membayar
harganya, penjaja kopi pergi entah kemana.
Kami pulang ke pemondokan
sebagian sholat isyak dulu, sebagian langsung
tiduran sambil saling bercerita.
semakin larut suara kami semakin sepi
suara dengkuran mereka bersautan dengan
suara walang, jengkerik dan burung hantu
kami tidur pulas dengan mimpi masing-masing
sampai besok kembali ke Surabaya.
Patrang, Juli 2020
CATATAN :
Kejadian ini kira-kira tahun 1980 an saat aku masih bekerja di Perum Perhutani KPE Tandes Surabaya. Saat itu aku main Drama dan bolos kerja selama 3 hari, lalu di marahi oleh pak Kepala Meja bagian Umum dan gajiku selama 3 hari dipotong. Yah gak masalah aku dapat pengalaman berharga dalam kehidupan.
Komentar
Posting Komentar